watch sexy videos at nza-vids!
WWW.CERITAINDO.SEXTGEM.COM

Find us On Facebook and Twitter
facebook.jpg | twitter.jpg

ABG TETANGGA

Minggu sore hampir pukul empat. Setelah
menonton CD porno sejak pagi penisku tak mau
diajak kompromi. Si adik kecil ini kepingin segera
disarungkan ke vagina. Masalahnya, rumah
sedang kosong melompong. Istriku pulang
kampung sejak kemarin sampai dua hari
mendatang, karena ada kerabat punya hajat
menikahkan anaknya. Anak tunggalku ikut
ibunya. Aku mencoba menenangkan diri dengan
mandi, lalu berbaring di ranjang. Tetapi penisku
tetap tak berkurang ereksinya. Malah sekarang
terasa berdenyut-denyut bagian pucuknya.
"Wah gawat gawat nih. Nggak ada sasaran lagi.
Salahku sendiri nonton CD porno seharian",
gumamku.
Aku bangkit dari tiduran menuju ruang tengah.
Mengambil segelas air es lalu menghidupkan
tape deck. Lumayan, tegangan agak mereda.
Tetapi ketika ada video klip musik barat agak
seronok, penisku kembali berdenyut-denyut.
Nah, belingsatan sendiri jadinya. Sempat terpikir
untuk jajan saja. Tapi cepat kuurungkan. Takut
kena penyakit kelamin. Salah-salah bisa ketularan
HIV yang belum ada obatnya sampai sekarang.
Kuingat-ingat kapan terakhir kali barangku
terpakai untuk menyetubuhi istriku. Ya, tiga hari
lalu. Pantas kini adik kecilku uring-uringan tak
karuan. Soalnya dua hari sekali harus nancap.
"Sekarang minta jatah..". Sambil terus berusaha
menenangkan diri, aku duduk-duduk di teras
depan membaca surat kabar pagi yang belum
tersentuh.
Tiba-tiba pintu pagar berbunyi dibuka orang.
Refleks aku mengalihkan pandangan ke arah
suara. Renny anak tetangga mendekat.
"Selamat sore Om. Tante ada?"
"Sore.. Ooo Tantemu pulang kampung sampai
lusa. Ada apa?"
"Wah gimana ya.."
"Silakan duduk dulu. Baru ngomong ada
keperluan apa", kataku ramah.
ABG berusia sekitar lima belas tahun itu
menurut. Dia duduk di kursi kosong sebelahku.
"Nah, ada perlu apa dengan Tantemu? Mungkin
Om bisa bantu", tuturku sambil menelusuri
badan gadis yang mulai mekar itu.
"Anu Om, Tante janji mau minjemi majalah
terbaru.."
"Majalah apa sich?", tanyaku. Mataku tak lepas
dari dadanya yang tampak mulai menonjol.
Wah, sudah sebesar bola tenis nih.
"Apa saja. Pokoknya yang terbaru".
"Oke silakan masuk dan pilih sendiri".
Kuletakkan surat kabar dan masuk ruang dalam.
Dia agak ragu-ragu mengikuti. Di ruang tengah
aku berhenti.
"Cari sendiri di rak bawah televisi itu", kataku,
kemudian membanting pantat di sofa.
Renny segera jongkok di depan televisi
membongkar-bongkar tumpukan majalah di
situ. Pikiranku mulai usil. Kulihati dengan leluasa
tubuhnya dari belakang. Bentuknya sangat
bagus untuk ABG seusianya. Pinggulnya padat
berisi. Bra-nya membayang di baju kaosnya.
Kulitnya putih bersih. Ah betapa asyiknya kalau
saja bisa menikmati tubuh yang mulai
berkembang itu.
"Nggak ada Om. Ini lama semua", katanya
menyentak lamunan nakalku.
"Ngg.. mungkin ada di kamar Tantemu. Cari saja
di sana"
Selama ini aku tak begitu memperhatikan anak
itu meski sering main ke rumahku. Tetapi
sekarang, ketika penisku uring-uringan tiba-tiba
baru kusadari anak tetanggaku itu ibarat buah
mangga telah mulai mengkal. Mataku mengikuti
Renny yang tanpa sungkan-sungkan masuk ke
kamar tidurku. Setan berbisik di telingaku, "inilah
kesempatan bagi penismu agar berhenti
berdenyut-denyut. Tapi dia masih kecil dan anak
tetanggaku sendiri? Persetan dengan itu semua,
yang penting birahimu terlampiaskan".
Akhirnya aku bangkit menyusul Renny. Di dalam
kamar kulihat anak itu berjongkok membongkar
majalah di sudut. Pintu kututup dan kukunci
pelan-pelan.
"Sudah ketemu Ren?" tanyaku.
"Belum Om", jawabnya tanpa menoleh.
"Mau lihat CD bagus nggak?"
"CD apa Om?"
"Filmnya bagus kok. Ayo duduk di sini."
Gadis itu tanpa curiga segera berdiri dan duduk
pinggir ranjang. Aku memasukkan CD ke VCD
dan menghidupkan televisi kamar.
"Film apa sih Om?"
"Lihat saja. Pokoknya bagus", kataku sambil
duduk di sampingnya. Dia tetap tenang-tenang
tak menaruh curiga.
"Ihh..", jeritnya begitu melihat intro berisi
potongan-potongan adegan orang bersetubuh.
"Bagus kan?"
"Ini kan film porno Om?!"
"Iya. Kamu suka kan?"
Dia terus ber-ih.. ih ketika adegan syur
berlangsung, tetapi tak berusaha memalingkan
pandangannya.
Memasuki adegan kedua aku tak tahan lagi. Aku
memeluk gadis itu dari belakang.
"Kamu ingin begituan nggak?", bisikku di
telinganya.
"Jangan Om", katanya tapi tak berusaha
mengurai tanganku yang melingkari lehernya.
Kucium sekilas tengkuknya. Dia menggelinjang.
"Mau nggak gituan sama Om? Kamu belum
pernah kan? Enak lo.."
"Tapi.. tapi.. ah jangan Om." Dia menggeliat
berusaha lepas dari belitanku. Namun aku tak
peduli. Tanganku segera meremas dadanya. Dia
melenguh dan hendak memberontak.
"Tenang.. tenang.. Nggak sakit kok. Om sudah
pengalaman.."
Tangan kananku menyibak roknya dan
menelusupi pangkal pahanya. Saat jari-jariku
mulai bermain di sekitar vaginanya, dia
mengerang. Tampak birahinya sudah
terangsang. Pelan-pelan badannya kurebahkan di
ranjang tetapi kakinya tetap menjuntai. Mulutku
tak sabar lagi segera mencercah pangkal
pahanya yang masih dibalut celana warna hitam.
"Ohh.. ahh.. jangan Om", erangnya sambil
berusaha merapatkan kedua kakinya. Tetapi aku
tak peduli. Malah celana dalamnya kemudian
kupelorotkan dan kulepas. Aku terpana melihat
pemandangan itu. Pangkal kenikmatan itu begitu
mungil, berwarna merah di tengah, dan dihiasi
bulu-bulu lembut di atasnya. Klitorisnya juga
mungil. Tak menunggu lebih lama lagi, bibirku
segera menyerbu vaginanya. Kuhisap-hisap dan
lidahku mengaduk-aduk liangnya yang sempit.
Wah masih perawan dia. Renny terus
menggelinjang sambil melenguh dan
mengerang keenakan. Bahkan kemudian kakinya
menjepit kepalaku, seolah-olah meminta dikerjai
lebih dalam dan lebih keras lagi.
Oke Non. Maka lidahku pun makin dalam
menggerayangi dinding vaginanya yang mulai
basah. Lima menit lebih barang kenikmatan milik
ABG itu kuhajar dengan mulutku. Kuhitung
paling tidak dia dua kali orgasme. Lalu aku
merangkak naik. Kaosnya kulepas pelan-pelan.
Menyusul kemudian BH hitamnya berukuran 32.
Setelah kuremas-remas buah dadanya yang
masih keras itu beberapa saat, ganti mulutku
bekerja. Menjilat, memilin, dan mencium
putingnya yang kecil.
"Ahh.." keluh gadis itu. Tangannya meremas-
remas rambutku menahan kenikmatan tiada tara
yang mungkin baru sekarang dia rasakan.
"Enak kan beginian?" tanyaku sambil menatap
wajahnya.
"Iii.. iya Om. Tapi.."
"Kamu pengin lebih enak lagi?"
Tanpa menunggu jawabannya aku segera
mengatur posisi badannya. Kedua kakinya
kuangkat ke ranjang. Kini dia tampak telentang
pasrah. Penisku pun sudah tak sabar lagi
mendarat di sasaran. Namun aku harus hati-hati.
Dia masih perawan sehingga harus sabar agar
tidak kesakitan. Mulutku kembali bermain-main di
vaginanya. Setelah kebasahannya kuanggap
cukup, penisku yang telah tegak kutempelkan ke
bibir vaginanya. Beberapa saat kugesek-
gesekkan sampai Renny makin terangsang.
Kemudian kucoba masuk perlahan-lahan ke
celah yang masih sempit itu. Sedikit demi sedikit
kumaju-mundurkan sehingga makin melesak ke
dalam. Butuh waktu lima menit lebih agar kepala
penisku masuk seluruhnya. Nah istirahat
sebentar karena dia tampak menahan nyeri.
"Kalau sakit bilang ya", kataku sambil mencium
bibirnya sekilas.
Dia mengerang. Kurang sedikit lagi aku akan
menjebol perawannya. Genjotan kutingkatkan
meski tetap kuusahakan pelan dan lembut. Nah
ada kemajuan. Leher penisku mulai masuk.
"Auw.. sakit Om.." Renny menjerit tertahan.
Aku berhenti sejenak menunggu liang vaginanya
terbiasa menerima penisku yang berukuran
sedang. Satu menit kemudian aku maju lagi.
Begitu seterusnya. Selangkah demi selangkah
aku maju. Sampai akhirnya.. "Ouu..", dia
menjerit lagi. Aku merasa penisku menembus
sesuatu. Wah aku telah memerawani dia. Kulihat
ada sepercik darah membasahi sprei.
Aku meremas-remas payudaranya dan
menciumi bibirnya untuk menenangkan. Setelah
agak tenang aku mulai menggenjot anak itu.
"Ahh.. ohh.. asshh..", dia mengerang dan
melenguh ketika aku mulai turun naik di atas
tubuhnya. Genjotan kutingkatkan dan
erangannya pun makin keras. Mendengar itu aku
makin bernafsu menyetubuhi gadis itu. Berkali-
kali dia orgasme. Tandanya adalah ketika kakinya
dijepitkan ke pinggangku dan mulutnya
menggigit lengan atau pundakku.
"Nggak sakit lagi kan? Sekarang terasa enak kan?"
"Ouu enak sekali Om.."
Sebenarnya aku ingin mempraktekkan berbagai
posisi senggama. Tapi kupikir untuk kali pertama
tak perlu macam-macam dulu. Terpenting dia
mulai bisa menikmati. Lain kali kan itu masih bisa
dilakukan.
Sekitar satu jam aku menggoyang tubuhnya
habis-habisan sebelum spermaku muncrat
membasahi perut dan payudaranya. Betapa
nikmatnya menyetubuhi perawan. Sungguh-
sungguh beruntung aku ini.
"Gimana? Betul enak seperti kata Om kan?"
tanyaku sambil memeluk tubuhnya yang lunglai
setelah sama-sama mencapai klimaks.
"Tapi takut Om.."
"Nggak usah takut. Takut apa sih?"
"Hamil"
Aku ketawa. "Kan sperma Om nyemprot di luar
vaginamu. Nggak mungkin hamil dong"
Kuelus-elus rambutnya dan kuciumi wajahnya.
Aku tersenyum puas bisa meredakan adik
kecilku.
"Kalau pengin enak lagi bilang Om ya? Nanti kita
belajar berbagai gaya lewat CD".
"Kalau ketahuan Tante gimana?"
"Ya jangan sampai ketahuan dong"
Beberapa saat kemudian birahiku bangkit lagi.
Kali ini Renny kugenjot dalam posisi
menungging. Dia sudah tak menjerit kesakitan
lagi. Penisku leluasa keluar masuk diiringi
erangan, lenguhan, dan jeritannya. Betapa
nikmatnya memerawani ABG tetangga.
TAMAT


Adult | GO HOME | Exit
1/2648
U-ON

inc Powered by Xtgem.com